Membangun Keluarga Indonesia yang Berkemajuan Melalui Pendidikan Daring, Mungkinkah?
Senyum Keluarga - Saat para orangtua ditanya mengapa menyekolahkan anaknya, maka rata-rata jawabannya yaitu ingin anaknya memiliki nasib yang lebih baik dari orangtuanya, ingin anaknya berhasil, berharap anaknya jadi orang yang berguna, dan jawaban-jawaban lain yang mengindikasikan bahwa pendidikan bisa membentuk dan mengarahkan pada sebuah keberhasilan hidup.
Pada saat kondisi normal, para orangtua yang jarang atau bahkan tidak pernah mendampingi anak belajar dan hanya mementingkan cari uang demi membayar biaya pendidikannya, barangkali masih bisa bersikap tenang.
Tapi berbeda dengan kondisi saat ini,
saat dimana terjadi wabah covid-19 ternyata mengharuskan anak-anak yang
biasanya hadir di sekolah untuk mengikuti pelajaran, kini belajarnya pindah di
rumah masing-masing.
Persoalan muncul tidak hanya bagi
keluarga yang kurang mampu untuk membeli paket internet, tapi juga menghinggapi
keluarga yang mampu. Setelah ditelusuri, ternyata pembelajaran daring tidak
hanya terkait dengan kendala kuota internet. Tapi berkaitan juga dengan
kompleksnya masalah saat harus orangtua harus banyak membimbing dan
mendampingi.
Keluh
kesah yang banyak penulis dengar dari para orangtua diantaranya :
1. Kuota
dan jaringan internet jadi kendala
Pembelajaran daring apalagi harus
menggunakan video butuh kuota internet yang besar. Belum lagi jika daerahnya
masih sulit jaringan internet, hal ini ternyata menjadi kendala yang sering
dikeluhkan para orangtua.
2. Banyak
mata pelajaran yang kurang dikuasai
Pembelajaran di rumah, apalagi anak
tingkat sekolah dasar pasti butuh banyak bantuan dan pendampingan dari
orangtua. Permasalahn yang muncul, seringkali orangtua juga tidak menguasai
pelajaran yang menjadi tugas dari anaknya.
Dalam hal ini, saya juga beberapa
kali mendapat WA dari teman yang anaknya sekolah di SD. Isi WA tersebut
biasanya diserati gambar yang berisi soal-soal untuk dikerjakan.
3. Orangtua
yang sibuk bekerja, merasa stress dengan model pembelajaran daring
Saat orangtua sibuk bekerja, maka
otomatis jatah untuk mendampingi anak belajar akan semakin minim. Sementara,
anak juga menuntut untuk didampingi karena dikejar tugas yang harus disetorkan.
Hal ini juga terjadi pada keluarga
guru. Suatu kali saat saya berada di sekolah, beberapa guru juga mengeluhkan
kondisi anaknya. "Sibuk ngajari orang lain, anak sendiri kurang
keurus." Begitu salah satu kalimat yang terlontar dari teman-teman.
4. Karakter
anak kurang terbentuk dengan baik
Sekreatif dan sebagus apa pun
pembelajaran yang disampaikan guru melalui online, pasti akan beda rasanya ketika
bertatap muka secara langsung.
Para orangtua menyadari bahwa
pendidikan dengan cara bertatap muka secara langsung lebih efektif untuk
membentuk karakter anak.
Para siswa juga banyak yang rindu
untuk bertemu dengan teman-temannya di sekolah, rindu memperhikan bahasa tubuh
guru saat menerangkan pelajaran, dan aneka kerinduan lainnya.
Jika diurai masih banyak keluh kesah
lainnya, tapi secara umum bisa dirangkum dalam 4 hal di atas. Di media sosial,
juga seringkali berseliweran status-status tentang pembelajaran daring ini.
Salah satu contohnya bisa terlihat di screenshot ini. Postingan yang berisi
tentang pembelajaran daring ini mendapat respon yang cukup ramai dan panas. Postingan ini saya ambil dari group Info Cegatan Jogja.
Saya, sebagai guru dan penulis artikel
ini berpendapat bahwa pembelajaran dalam jaringan untuk saat ini belum bisa
menggantikan pembelajaran dengan tatap muka secara langsung.
Selain transfer knowledgenya terbatas,
lebih-lebih untuk pembentukan karakter. Jika demikian, bagaimana keluarga di
Indonesia akan semakin berkemajuan baik dari sisi pengetahuan maupun akhlak?
Saat ini terlihat masih banyak keterbatasan.
Namun demikian, ada satu sisi positif dari pembelajaran daring ini yaitu banyak guru yang belajar dan beradaptasi dengan teknologi. Tidak sedikit seminar dan pelatihan online yang diikuti guru demi meningkatkan kompetensinya dalam penggunaan teknologi pembelajaran.
1 komentar untuk "Membangun Keluarga Indonesia yang Berkemajuan Melalui Pendidikan Daring, Mungkinkah?"